Jumat, 29 Maret 2013

Solar langka, Nelayan Menjerit

TAMBAKLOROK – kelangkaan solar bersubsidi di pasaran menyebabkan nelayan di Tambaklorok, Tanjung Mas, Semarang Utara menjerit. Mereka mengaku kesulitan menjalankan aktivitas mencari ikan di laut. Akibatnya, pendapatan mereka turun drastis.

Sudah seminggu para nelayan kesulitan mendapatkan solar. Padahal sekali melaut, mereka butuh solar 50-60 liter. Praktis, para nelayan kini banyak yang tidak melaut. Mereka justru menghabiskan waktu untuk memperbaiki kapal dan jaring.

“Kalau ada solar ya miyang (melaut, Red). Kalau tidak ada ya di rumah saja,” ujar Sardi, 70,warga Tambaklorok RT 10 RW 14 Kelurahan Tanjung Mas.

Banyaknya nelayan yang tidak melaut, menyebabkan pasokan ikan turun.  Akibatnya, harga ikan pun mengalami kenaikan. Apalagi ditambah sulitnya mendapatkan solar.
Sardi mencontohkan, Harga udang yang dulunya 45 ribu sekarang naik menjadi 60 ribu per kg. “Ya, biar bisa beli solar lagi, Mas,” ujar Sardi kepada Radar Semarang, kemarin (28/3).

Warga Lainnya, Supriyanto, 45, mengaku sangat terpukul mengetahui semakin langkanya bahan bakar solar. Terlebih jika mengetahui ada pihak-pihak yang sengaja bermain di belakang kelangkaan bahan baku tersebut.

“Saya itu sudah tidak percaya dengan pejabat yang mengumbar janji akan membantu kami. Buktinya, masyarakat yang selalu menjadi korbannya,” ujarnya.

Sumarni, 49, pengecer solar di kampung tersebut merasa prihatin dengan kelangkaan solar saat ini. Ia bahkan mengecam pihak-pihak yang berperan atas kasus tersebut. “Wah, mateni tenan, Mas. Banyak nelayan yang tidak bisa melaut lagi,” ujarnya.

Meski demikian, Sumarni masih berharap pemerintah segera menyelesaikan permasalahan tersebut. “Sediakan solar sebanyak-banyaknya bagi kami, agar warga kampung sini bisa melaut lagi dan menghidupi keluarga,” ungkapnya. (mg1/aro/cel)



*) dimuat di Radar Semarang, 29 Maret 2013

0 komentar:

Posting Komentar