Sejumlah
keberhasilan yang diraih pelajar SMA 3 Semarang, salah satunya berkat peran
sang guru Agus Priyatno. Ia salah satu guru yang jago penelitian di sekolah
negeri favorit tersebut.
|
Agus Priyatno
Guru Biologi |
Ditemui
di sekolah tempat ia mengajar, Agus –sapaan intimnya- menunjukkan kerendahan
sikap dan hatinya. Munurut Agus, prestasi yang diraih anak didiknya, tak semata
karena dia. Melainkan, bersama guru lain, yang tergabung dalam sebuah tim.
Meski begitu, sejak kehadirannya di SMA 3 pada 2010 silam, prestasi sekolah
yang berada di depan Balai Kota Semarang itu terus meroket. Tak cuma lokal,
regional, dan nasional. Tapi juga internasional.
“Mungkin,
salah satu keberhasilan saya dalam menyakinkan kepada anak-anak bahwa
penelitian itu bukanlah sesuatu yang rumit maupun susah. Justru penelitian itu
mudah dan menyenangkan. Karena yang saya terapkan adalah konsep learning by
doing, bukan teori klasik,” beber guru kelahiran Kebumen 16 januari 1966
ini.
Menurut
Agus, dalam melakukan penelitian yang
utama adalah memberi contoh. Juga membangkitkan semangat dan motivasi untuk mau
berkompetisi dan menulis penelitian. “Ini yang mungkin belum banyak dilakukan
oleh guru-guru lain,” ucap guru yang pernah meraih guru berprestasi peringkat
II tingkat Kota Semarang pada 2013.
Berkat bimbingannya,
banyak medali dan raihan juara disabet anak didiknya. Dalam tiga tahun saja, ia
berhasil menyarungkan tiga emas, empat perak, dan banyak perunggu dalam ajang
internasional. “Kalau tingkat nasional, saya lupa jumlahnya. Sebab untuk maju
ke internasional harus menjadi juara nasional dulu,” aku suami dari Eko
Mahdiyati ini.
Ditanya
trik yang dilakukan untuk memotivasi anak didik sehingga berhasil meraih
prestasi, pria yang hobi bermain badminton ini mengatakan, ia menyediakan waktu
24 jam untuk anak didik.
Agus memahami,
antara dia dan anak didiknya punya kesibukan masing-masing, sehingga tidak bisa
terus menerus bertemu. Karena itu, ia meminta siswa-siswinya mengirim
penelitiannya via email. “Bahkan, kadang jam 10 malam, mereka menghubungi saya
dan memberitahu bahwa peneltian mereka sudah dikirim,” kenang ayah Primananda
Rahmalida dan Albaninda Nurul Haq ini.
Ia
selalu mewanti-wanti anak didiknya untuk tidak menyia-nyiakan tahapan
penelitian, sebab sudah diberi waktu 24 jam. “Dari situ, anak-anak menjadi semangat
dan selalu terpacu untuk berbuat lebih baik lagi,” aku pria yang tinggal di
Lamper Tengah V no 27 Semarang ini.
Bagi
Agus, ilmu adalah anugerah dan harus diamalkan biar berkah. Kadang, ketika ia
menemukan ide, segera ia tulis di dompet. Ide itu lantas ia berikan ke anak didik
yang punya kemampuan penelitian. “Dari sebatas ide tersebut, kemudian
dikembangkan anak-anak, sehingga menjadi sebuah penelitian,” imbuh pria yang mengampu
mata pelajaran Biologi ini.
Tak
hanya itu, meski mengampu mapel Biologi, Agus juga membantu anak-anak dalam
semua bidang penelitian. “Asal sesuai dengan kaidah penulisan, masih bisa saya
bantu. Namun jika sudah masuk ke dalam konten materi, biasanya saya tunjukkan
ke guru yang bersangkutan,” beber lulusan S1 IKIP Negeri Semarang (sekarang
Unnes) dan S2 UMS ini.
Agus
mengaku bisa mendapatkan ide dari mana saja. Ketika mengamati persoalan di
sekilingnya, ia juga bisa menemukan ide. Ia mencontohkan, suatu hari, pada Ramadan,
ia melihat orang-orang mudik meninggalkan hewan peliharaan seperti burung dan
ayam. Maka terciptalah ide memberi makan ayam dengan handphone.
“Jadi
hanya dengan kirim SMS, dapat memberi makan ayam sendiri. Kami memanfaatkan
vibrasi yang dihasilkan,” ungkap pria yang pernah mengabdi di pulau terpencil
di daerah Gresik Jawa Timur ini.
Contoh
lain, ketika lingkungan tempat tinggalnya banyak produsen tempe, terbersit ide
untuk membuat pupuk dari limbah industri tempe yang dicampur tanaman putri
malu. “Bahkan ide penelitian ini kemudian dikembangkan anak saya sendiri dan
berhasil mendapat medali emas International Science Project (ISPrO)
baru-baru ini.”
Agus mengaku
terinsiprasi untuk terus melakukan penelitian, lantaran saat menjadi guru di
SMA 9 Semarang, ia berhasil menyabet juara empat kali berturut-turut dalam lomba
guru kreatif tingkat nasional. Temanya City Success Fun (CSF). (ahmad.faishol/isk/ce1)
*)
Tayang di Jawa Pos Radar Semarang, Kamis (03/10/13).