Kamis, 03 Oktober 2013

Orang Tua Larang Bawa Motor*

PURWOYOSO – Kematian dua siswa SMP 18 Semarang Adam Ghani Ain, 13, dan Rizal Eka Bagaskara, 13, dalam kecelakaan maut di Jalan Gatot Subroto Kawasan Industri Candi Selasa (1/10) tidak hanya menyisakan kesedihan bagi keluarga. Rekan dan guru di SMP 18 pun turut berduka atas meninggalnya dua siswa tersebut. Ratusan rekan sekolah korban, Rabu (2/10) mengantarkan jenazah mereka ke persemayaman terakhir.
Siswa kelas VII hingga IX SMP 18 dan sejumlah guru mendatangi rumah duka. Dengan tertib mereka satu per satu menyaksikan untuk kali terakhir wajah dua korban yang sudah terbujur kaku. Dengan diiringi tangis histeris, kedua jenazah korban akhirnya dimakamkan di TPU Subali Krapyak.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaaan, Martanto mengaku turut berbela sungkawa atas kematian dua siswanya. Kedua korban diketahui satu kelas yakni di kelas VII G yang khusus untuk siswa unggulan. ”Padahal sebentar lagi ulangan semester, tidak tahunya sudah meninggal,” katanya.
Martanto mengaku tidak mengetahui secara detail kepribadian kedua korban. Meski begitu, guru matematika itu menegaskan keduanya jelas merupakan anak baik. Ia menegaskan jika pihak sekolah sudah melarang siswa menggunakan sepeda motor lantaran belum cukup umur. ”Kejadiannya  di luar jam sekolah, yang jelas kami sudah menegaskan melarang siswa bermotor,” tegasnya.
Sementara orang tua Bagas, Harsono, 38, mengaku ikhlas dengan kepergian anaknya. Ia mengaku khilaf lantaran menaruh kunci sepeda motor Honda Megapro H 6303 ER sembarang tempat sehingga bisa diambil Bagas. ”Saya tidak tahu kapan ngambilnya, saat saya telepon ternyata sudah diangkat polisi dan dikabarkan anak saya kecelakaan,” sesalnya.
Harsono mengaku mendapatkan kabar ketika Bagas kritis dan dirawat di RSUD dr Adhyatma Tugurejo. Sayang, saat didatangi ternyata nyawa Bagas sudah tidak tertolong lagi. ”Ini harus menjadi pelajaran agar tidak memperbolehkan anak kecil menggunakan motor,” tambahnya.
Kesedihan pun dirasakan keluarga pasangan Lukman Nurhadim, 45, dan Ana Hanifah, 44. Anak mereka Adam Ghani Ain turut menjadi korban kecelakaan maut di jalur Gatot Subroto. Lukman mengaku, setiap hari Adam biasanya pulang sekolah naik angkutan umum. ”Biasanya memang sering main dengan Bagas,” katanya.
Lukman mengaku hanya mendapatkan kabar jika Adam mengalami kecelakaan. Tapi saat sampai lokasi, ia pun langsung lemas diberitahu jika Adam sudah meninggal dan dibawa ke RSUP dr Kariadi. ”Saya memang melarang Adam membawa motor. Tapi mau bagaimana, sudah telanjur tidak ada,” imbuhnya sembari meneteskan air mata.
Sebagai wujud belasungkawa atas meninggalnya Adam dan Bagas, siswa dan guru SMP 18 juga menggelar doa bersama, tahlil, dan sholat ghaib di sekolah. Tampak beberapa dari siswa terutama rekan satu kelas VII G tidak bisa menahan tangis melepas kepergian dua sahabat karibnya tersebut. Dengan penuh isak, mereka mendoakan semoga kedua almarhum diberi tempat yang layak yaitu surga dan diampuni segala dosa-dosanya.
Salah satunya adalah Dallash Martana,13. Siswa yang mengaku sebagai teman karib kedua korban megungkapkan rasa kehilangan yang mendalam atas keduanya. Dengan kata terbata-bata, Dallash menceritakan, sebelumnya sudah mempunyai firasat buruk. Sehari sebelumnya, saat latihan senam, keduanya memberikan foto mereka berdua yang lagi menaiki sepeda motor. Mereka memakai baju kuning dan berkacamata. “Katanya ini buat kenang-kenangan besok ketika SMA sampai kerja. Saya hanya bilang iya, tanpa tahu maksudnya,” ujarnya.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Tabriza Fatih Adilla, 13. Siswa yang mengaku menjadi teman satu kelas sejak TK dan SD ini mengaku juga mempunyai firasat sehari sebelumya. Pada saat itu, tiba-tiba Adam bilang jika ia meninggal apakah teman sekelasnya akan menyalati. “Saya tidak menyangka bahwa itu hari terakhir saya bertemu mereka.” (fth/fai/ton/ce1)


*) Tayang di Jawa Pos Radar Semarang, Kamis (03/10/13).

0 komentar:

Posting Komentar