Kamis, 11 April 2013

Anya Wardoyo, Petenis Muda Berprestasi 'Berlatih Tiga Jam Sehari, Ingin jadi Maria Sarapova'

LANGGANAN JAWARA
Anya saat berlatih tenis.

Ungkapan kecil-kecil cabe rawit layak disematkan pada Anya Wardoyo. ketika teman-teman seusianya sibuk bermain, ia justru pilih mengejar prestasi di bidang tenis lapangan. Puluhan gelar telah ia raih, baik lokal maupun nasional.
Nama lengkapnya, Fatima Andwidatu Wardoyo. Tapi, gadis lincah ini intim disapa Anya Wardoyo merupakan. Ia salah satu petenis remaja yang telah beberapa kali mengharumkan nama kota semarang.
Perempuan kelahiran 15 Oktober 2002 itu, berkali-kali menyabet gelar jawara di ajang kejuaraan tenis lapangan.
Pada 2012 saja, ia telah telah mengoleksi sekitar 20 medali. Antara lain, juara I tunggal putri kelompok umur (KU) 10 di Sultan Agung Bantul DIY; Juara I Sportama Phinisi Yunior Nasional Super Series di Cilacap.
Predikat lainnya,  juara I tunggal putri tonis KU 14 Piala Rektor Unnes, juara II tunggal putri Tegal Open, juara III ganda putri KU 10 Kejurnas Malang Open, Juara III tenis putri tingkat kota Semarang. Anya juga pernah menyabet juara IV dalam Pekan Olahraga Tenis Nasional di Jakarta.
“Sebenarnya masih banyak lagi, tapi saya lupa,” jawabnya polos. Januari lalu, Anya menjadi semifinalis tunggal putri kelompok umur (KU) 12 tahun pada even AFR Turnamen Remaja Putri di lapangan Manahan Solo.
Anya menyukai tenis lapangan sejak kelas 2 SD. Awalnya, ia hanya ikut-ikutan ayah dan kakaknya.
Saking seringnya ikut, lama-lama ia kepincut juga. Tak tanggung-taggung, ia langsung bergabung dengan Smart Tennis Semarang di Tambora, Jatingaleh, besutan Terry Sugijatti.
“Yang pertama mengajari saya main (tenis) itu bapak. Karena bapak sibuk kerja, jadi saya minta masuk sekolah tenis,” jelasnya.
Pelajar kelas V SDIT Cahaya Bangsa ini mengaku, sukses yang ia raih, karena rajin berlatih dan berdoa. “Dalam sehari, saya biasanya berlatih tiga jam selama lima hari dalam seminggu,” ucapnya.
Selain itu, bagi Anya, dukungan keluarga dan juga teman-teman sangat berpengaruh. “ Tiap tiap kali mengikuti turnamen, saya sering didoakan pak guru dan teman-teman di sekolah,” akunya.
karena masih bersekolah, Anya mengaku, kadang merasa terganggu dengan jadwal turnamen yang berbarengan dengan tes sekolah.
“Terpaksanya ya ikut ujian susulan. Tapi dari sekolah sudah memaklumi kok.
Warga Graha Taman Bunga BSB B4 No 8 Mijen kota Semarang ini  bercita-cita ingin menjadi seperti Maria Sarapova, petenis putri nomer satu dunia. Ia akan terus berlatih agar cita-citanya tercapai. “Saya juga ingin seperti Victoria Azarenka,” tuturnya.
Sang ayah, Jitu Nove Wardoyo, 42, mengaku tidak pernah memaksa anaknya menjadi petenis. “Mungkin karena sering lihat saya main, jadi ingin mengikuti,” jelas pria kelahiran Purworejo ini. 
Menurut Jitu, bermain tenis hanya untuk mengisi waktu saja. Namun, setelah melihat anaknya punya bakat dan bisa mewarnai dunia tenis, ia sepakat untuk menyeriusi. “Kebetulan anaknya juga mau.”
Selain Anya, putra pertamanya, Manggi Waldi Fabian Wardoyo, juga mengikuti jejaknya. Ia dan istri mendukung penuh keinginan anak-anaknya berkarir di tenis. “Biasanya, tiap akhir pekan, selalu saya jenguk,” jelasnya.
Ia berharap, ke depan putra-putrinya menjadi pemain tenis kelas dunia seperti yang mereka cita-citakan. “Sebagai orang tua, saya hanya bisa mendukung.
Dalam waktu dekat, Anya berencana mengikuti kejuaran tenis lapangan tingkat nasional yang digelar Apkomindo di Ambarawa, April mendatang. Untuk itu, Anya kini serius berlatih dan konsisten dengan latihannya. “Saya juga tak lupa minta doa dari teman-teman,” harapnya. (ahmad faishol/isk)

*) Tayang di Radar Semarang, 9 April 2013

0 komentar:

Posting Komentar