Jumat, 07 Juni 2013

Prof Fathur Rokhman Jabat Rektor Unnes

SEMARANG – Universitas Negeri Semarang (Unnes) kini telah memiliki rektor baru. Prof Fathur Rokhman yang sebelumnya menjabat sebagai Pembantu Rektor Bidang Pengembangan dan Kerjasama (PR IV), kemarin (5/6) dilantik menggantikan Prof Sudijono Sastroatmodjo yang mundur karena mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur Jateng. Pelantikan pria kelahiran Banyumas 10 Desember 1966 ini dilakukan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh di Kemendikbud Jakarta.

Dalam sambutannya, Mendikbud berharap rektor baru dapat melanjutkan prestasi yang telah diraih pejabat sebelumnya. Dikatakan, di bawah pimpinan Sudijono, Unnes telah mengalami kamajuan pesat.

“Sudah menjadi kewajiban bagi Prof Fathur untuk melanjutkan dengan menguatkan kerja sama dengan berbagai pihak, baik internal maupun eksternal,” ujarnya. Sebelum pelantikan ini, jabatan rektor sementara dipegang oleh Pembantu Rektor Bidang Akademik, Dr Agus
Wahyudin sebagai Pelaksana tugas (plt). (mg1/ton/cel)

*) Tayang di Radar Semarang, 06 Juni 2013

 
REKTOR BARU
Mendikbud, Muhammad Nuh melantik Prof Fathur Rokhman menjadi Rektor Unnes di Kantor Kemendikbud Jakarta, kemarin.

Selamatkan Lingkungan Melalui Green School

NGALIYAN – Meningkatnya intensitas hujan, banjir, dan juga naiknya permukaan air laut sehingga mengakibatkan air pasang dan rob merupakan potret lingkungan hidup dewasa ini. Jika tidak segera dilakukan tindakan akan berdampak pada kehidupan sosial dan mempengaruhi kesehatan. Salah satu upaya yang bisa ditempuh adalah melalui sekolah hijau atau green school.

Hal tersebut dikemukakan oleh Edi Santoso, Pakar lingkungan dari Univesitas Diponegoro saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Hari Besar Lingkungan Hidup yang digelar di IAIN Walisongo, Selasa (4/5) kemarin. Dalam seminar bertema Pendidikan Cinta Lingkungan; Terobosan menuju Green Revolution tersebut juga menghadirkan M. Arief Zayyn, Manager Program WALHI Jateng sebagai pembicara kedua.

Edi santoso menjelaskan bahwa sekolah merupakan lembaga yang memiliki komitmen dan secara sistematis mengembangkan program-program untuk menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktivitas yang ada di dalamnya.

Selain itu, sekolah merupakan sistem pendidikan yang berorientasi pada pembentukan dan pengembangan kognisi, sikap, dan perilaku yang ramah lingkungan. “Jadi, yang terpenting bukan hanya sekolah itu hijau dalam arti fisik, namun juga harus terbangun kesadaran dan perilaku yang dijiwai nilai-nilai lingkungan,” ujarnya.

Dikatakan, pendidikan lingkungan sejak dini di dalam keluarga juga tidak boleh diabaikan. Penanaman pengetahuan, sikap, dan perilaku yang ramah lingkungan sejak dini di keluarga
menjadi kunci utama. Sebab, Anak merupakan agen perubahan yang sangat potensial. “Perlu kerjasama antara pendidikan formal (sekolah) dengan orang tua dalam menciptakan lingkungan yang sehat, bersih, dan aman bagi anak didik. Selain itu, juga menjadi pembelajaran yang efektif bagi siswa,” ungkap Edi.

Sementara itu, M Arif Zayyn lebih menyoroti kepada darurat ekologi Indonesia. Dikatakan, meski Indonesia mempunyai kekayaan alam yang melimpah seperti hutan mangrove, terumbu karang, perikanan, dan sumber energi, namun kenyataanya masyarakat belum bisa menjaganya dengan maksimal.

“Banyaknya laut yang rusak dan menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah serta wilayah pesisir yang sangat mengkhawatirkan menjadi bukti bahwa usaha menyelamatkan lingkungan di negara ini harus segera dilakukan,” jelasnya. (mg1/ida)

*) Tayang di Radar Semarang, 06 Juni 2013