Kamis, 03 Oktober 2013

Agus Priyatno, Spesialis Dampingi Penelitian Siswa*



Sejumlah keberhasilan yang diraih pelajar SMA 3 Semarang, salah satunya berkat peran sang guru Agus Priyatno. Ia salah satu guru yang jago penelitian di sekolah negeri favorit tersebut.
Agus Priyatno
Guru Biologi
Ditemui di sekolah tempat ia mengajar, Agus –sapaan intimnya- menunjukkan kerendahan sikap dan hatinya. Munurut Agus, prestasi yang diraih anak didiknya, tak semata karena dia. Melainkan, bersama guru lain, yang tergabung dalam sebuah tim. Meski begitu, sejak kehadirannya di SMA 3 pada 2010 silam, prestasi sekolah yang berada di depan Balai Kota Semarang itu terus meroket. Tak cuma lokal, regional, dan nasional. Tapi juga internasional.
“Mungkin, salah satu keberhasilan saya dalam menyakinkan kepada anak-anak bahwa penelitian itu bukanlah sesuatu yang rumit maupun susah. Justru penelitian itu mudah dan menyenangkan. Karena yang saya terapkan adalah konsep learning by doing, bukan teori klasik,” beber guru kelahiran Kebumen 16 januari 1966 ini.
Menurut Agus,  dalam melakukan penelitian yang utama adalah memberi contoh. Juga membangkitkan semangat dan motivasi untuk mau berkompetisi dan menulis penelitian. “Ini yang mungkin belum banyak dilakukan oleh guru-guru lain,” ucap guru yang pernah meraih guru berprestasi peringkat II tingkat Kota Semarang pada 2013.
Berkat bimbingannya, banyak medali dan raihan juara disabet anak didiknya. Dalam tiga tahun saja, ia berhasil menyarungkan tiga emas, empat perak, dan banyak perunggu dalam ajang internasional. “Kalau tingkat nasional, saya lupa jumlahnya. Sebab untuk maju ke internasional harus menjadi juara nasional dulu,” aku suami dari Eko Mahdiyati ini.
Ditanya trik yang dilakukan untuk memotivasi anak didik sehingga berhasil meraih prestasi, pria yang hobi bermain badminton ini mengatakan, ia menyediakan waktu 24 jam untuk anak didik.
Agus memahami, antara dia dan anak didiknya punya kesibukan masing-masing, sehingga tidak bisa terus menerus bertemu. Karena itu, ia meminta siswa-siswinya mengirim penelitiannya via email. “Bahkan, kadang jam 10 malam, mereka menghubungi saya dan memberitahu bahwa peneltian mereka sudah dikirim,” kenang ayah Primananda Rahmalida  dan Albaninda Nurul Haq ini.
Ia selalu mewanti-wanti anak didiknya untuk tidak menyia-nyiakan tahapan penelitian, sebab sudah diberi waktu 24 jam. “Dari situ, anak-anak menjadi semangat dan selalu terpacu untuk berbuat lebih baik lagi,” aku pria yang tinggal di Lamper Tengah V no 27 Semarang ini.
Bagi Agus, ilmu adalah anugerah dan harus diamalkan biar berkah. Kadang, ketika ia menemukan ide, segera ia tulis di dompet. Ide itu lantas ia berikan ke anak didik yang punya kemampuan penelitian. “Dari sebatas ide tersebut, kemudian dikembangkan anak-anak, sehingga menjadi sebuah penelitian,” imbuh pria yang mengampu mata pelajaran Biologi ini.
Tak hanya itu, meski mengampu mapel Biologi, Agus juga membantu anak-anak dalam semua bidang penelitian. “Asal sesuai dengan kaidah penulisan, masih bisa saya bantu. Namun jika sudah masuk ke dalam konten materi, biasanya saya tunjukkan ke guru yang bersangkutan,” beber lulusan S1 IKIP Negeri Semarang (sekarang Unnes) dan S2 UMS ini.
Agus mengaku bisa mendapatkan ide dari mana saja. Ketika mengamati persoalan di sekilingnya, ia juga bisa menemukan ide. Ia mencontohkan, suatu hari, pada Ramadan, ia melihat orang-orang mudik meninggalkan hewan peliharaan seperti burung dan ayam. Maka terciptalah ide memberi makan ayam dengan handphone.
“Jadi hanya dengan kirim SMS, dapat memberi makan ayam sendiri. Kami memanfaatkan vibrasi yang dihasilkan,” ungkap pria yang pernah mengabdi di pulau terpencil di daerah Gresik Jawa Timur ini.
Contoh lain, ketika lingkungan tempat tinggalnya banyak produsen tempe, terbersit ide untuk membuat pupuk dari limbah industri tempe yang dicampur tanaman putri malu. “Bahkan ide penelitian ini kemudian dikembangkan anak saya sendiri dan berhasil mendapat medali emas International Science Project (ISPrO) baru-baru ini.”
Agus mengaku terinsiprasi untuk terus melakukan penelitian, lantaran saat menjadi guru di SMA 9 Semarang, ia berhasil menyabet juara empat kali berturut-turut dalam lomba guru kreatif tingkat nasional. Temanya City Success Fun (CSF). (ahmad.faishol/isk/ce1)


*) Tayang di Jawa Pos Radar Semarang, Kamis (03/10/13).



0 komentar:

Posting Komentar