HOBI - Penyar RGM One FM, di ruang siar |
Jika Anda bermukim di wilayah Ngaliyan,
pasti tak asing dengan nama RGM One FM. Radio Komunitas milik IAIN Walisongo ini,
sangat dikenal di kalangan mahasiswa.
Jangan bayangkan studio radio mahasiswa ini
mewah. Sebaliknya, sangat sederhana untuk sebuah studio.
Hanya ada dua ruangan kecil berukuran 3 x 3
meter. Ruangan itu berisi komputer, mikrofon, headset, dan audio mixer.
“Selamat datang di studio kami. Silahkan masuk,” sambut Direktur RGM One FM, Sugiono.
Toh, di balik kesederhanaan tersebut, ternyata
telah lahir talenta-talenta berbakat yang membawa nama harum RGM One FM dan
IAIN Walisongo.
Sebut saja Nadhif Adhie atau yang akrab
dipanggil Abah Nadhif. Pria bertubuh tambun ini sekarang telah menjadi bos
radio di daerah Boyolali. Ia punya lima studio radio. “Abah Nadhif itu lah pendiri komunitas ini,” jelas Gigie,
panggilan akrab Sugiono.
Tak hanya dalam bidang broadcasting,
alumni komunitas ini juga banyak yang sukses dalam dunia entertain. Siapa
yang tak kenal Rebondang Souza, presenter gokil salah satu stasiun TV swasta
nasional, ternyata jebolan dari RGM One.
Ada lagi, Rifqi Aulia Erlangga, presenter TVRI Jawa Tegah, sekaligus dosen di
beberapa universitas ternama di Semarang.
“Pokoknya masih banyak. Ada yang jadi
manager, teknisi, ada juga yang masih bekerja di radio komersial. Hebatnya,
mereka masih mau menjalin komunikasi dengan kita,” imbuh mahasiswa asal Demak
ini.
RGM One didirikan pada 27 agustus 1994 silam.
Tujuannya menfasilitasi siapa saja yang ingin mengembangkan diri di bidang broadcasting.
Terlebih, ketika itu, belum banyak radio
komunitas. Tak hanya belajar di bidang penyiaran, mereka juga belajar public
speaking.
Anggota RGM tak terbatas mahasiswa IAIN.
Sebaliknya, terbuka untuk lintas universitas. “Bahkan ada beberapa anak SMA
yang bergabung di sini,” jelas pria menjabat direktur sejak januari 2013 silam.
Fatur Rahman, 21, salah satu kru RGM One
FM, mengaku senang menjadi bagian dari radio komunitas ini. Meski, kadang ada
beberapa alat yang rusak, ia mengklaim kegiatan tetap jalan.
“Namanya juga radio komunitas, ya beda dengan radio profesional. Tapi
saya suka, teman-teman sangat solid,” jelas mahasiswa Fakultas Ushuluddin semester
VI ini.
Radio komunitas, jelas Fatur, tidak
diperkenankan mencari iklan komersial. Untuk mengantisipasi, ia dan teman-teman
kerap menggelar kegiatan off air, dengan menggandeng sponsor.
“Biasanya dalam bentuk acara publik seperti
parade band, festival anak sholeh, juga stand
up comedy,” jelas mahasiswa asal Batang ini.
Upaya lain, mengajukan permohonan dana
kepada kampus untuk perawatan alat. Sebab radio ini salah satu Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM). Karena itu, masih dijatah IAIN, meski nilainya sangat terbatas.
“Untuk peralatan harus selalu di upgrade
tiap tahunnya,” jelas mantan direktur RGM One FM periode 2011-2012 ini.
Radio yang dulu bernama Radio Gema
Mahasiswa Islam ini fokus pada generasi muda, utamanya mahasiswa. Maka, tidak
heran ketika mengudara, kerap terdengar kata intelektual muda. Kata itu merupakan panggilan akrab pendengar
setia radio yang berada di frekuensi 107.7 FM ini.
Biasanya, kata tersebut akan disambung
dengan kata Kenali Dirimu Untuk Mengenal
Tuhanmu. Kalimat itu merupakan slogan radio komunitas RGM One FM agar
pendengarnya selalu bisa mengintrospeksi diri.
Banyak kegiatan yang mereka jalankan. Mulai
pagi, pukul 07.00 hingga 01.00. Acara-acara yang disajikan pun pro-anak muda. Selain
musik, ada juga talk show dan diskusi.
Bahkan, kadang mereka diminta mengisi pelatihan broadcasting di kampus
lain. “Pokoknya acara yang bermanfaat bagi anak muda,” jelas Gigie.
Meski jangkauan radio komunitas ini terbatas
hanya 6-10 km, namun respons dari masyarakat cukup bagus. Tidak hanya
mahasiswa, anak-anak di kompleks kampus pun memberi feedback luar biasa. Bahkan ibu-ibu penjual di warung pun mengaku menjadi
pendengar setianya. “Ada juga pendengar dari daerah Manyaran yang sengaja
mendatangi kantor hanya untuk berkenalan dengan penyiarnya,” kata Gigie, bangga.
Salah satu rencana yang ingin
direalisasikan, dalam waktu dekat ini, membuat digital broadcast radio link.
Atau, lazim disebut radio streaming. “Jika
rencana sudah terealisasikan, siaran kami bisa didengar sampai mancanegara.”
Gigie menuturkan, apa yang dilakukan para
kru RGM One, semua didasari atas hobby. Meski dengan kru 35 orang, tapi jika didasari
keterpaksaan, pasti tidak akan jalan. “Walaupun kami tidak dibayar, kita tetap enjoy
menjalani. Kita niatnya untuk belajar.”
Ke depan, mereka berharap bisa terus eksis
dan menghasilkan sumber daya manusia yang kreatif. (ahmad faishol/isk/cel)
*) dimuat di Radar Semarang, 4 April 2013
kalian pasti sesuatu dech,,, cemungutz kakak :)
BalasHapus